TGH. Muhammad Mutawalli Yahya Al Kalimi, Ulama Pejuang Lombok yang Layak Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional

TGH. Muhammad Mutawalli Yahya Al Kalimi, Ulama Pejuang Lombok yang Layak Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional

Senin, 10 November 2025, November 10, 2025

 


RadarBumigora. Com. Lombok Timur — Sosok ulama kharismatik asal Lombok Timur, Tuan Guru Haji (TGH) Muhammad Mutawalli Yahya Al Kalimi, dikenal bukan hanya sebagai pendidik dan penyebar dakwah Islam, tetapi juga sebagai pejuang moral dan kebangsaan yang berperan besar dalam membangun karakter masyarakat Lombok. Jejak perjuangannya kini dinilai layak untuk diperjuangkan agar mendapat gelar Pahlawan Nasional dari Pemerintah Republik Indonesia.


TGH. Muhammad Mutawalli  yang memiliki nama kecil Imran, lahir pada tahun 1921 M di Kampung Direk, Desa Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur.


Ia merupakan putra dari Guru Yahya, seorang ulama yang dikenal luas karena kesungguhannya dalam mengajar ilmu agama, dan Inaq Nasar, ibu yang membesarkannya dengan nilai-nilai ketulusan dan keikhlasan.


Sejak kecil, Imran menunjukkan ketekunan dan kecerdasan luar biasa. Ia menempuh pendidikan di sekolah Belanda, Volk School, pada 1927–1930 M, kemudian melanjutkan pendidikan agama di Kediri, Lombok Barat, di bawah bimbingan ulama terkemuka TGH. Lalu Abdul Hafidz. Di sinilah ia mulai mendalami kitab-kitab klasik tentang ilmu nahwu, sharaf, tauhid, ushul fiqh, dan fiqh.


Sekitar tahun 1945 M, TGH. Mutawalli berangkat ke Makkah al-Mukarromah untuk memperdalam ilmu agama. Setelah menuntut ilmu di tanah suci, beliau kembali ke Lombok dan mengabdikan diri sepenuhnya untuk membina masyarakat, mengembangkan pendidikan, serta menegakkan nilai-nilai keislaman di tengah perubahan sosial pascakemerdekaan.


Sekembalinya dari Makkah, TGH. Mutawalli mendirikan Lembaga Pendidikan Nahdlatul Awam dan Pondok Pesantren Darul Yatama Wal Masakin (DAYAMA). Lembaga ini menjadi salah satu pusat pendidikan Islam penting di Lombok, yang banyak melahirkan ulama dan tokoh masyarakat berpengaruh di Nusa Tenggara Barat.


Melalui pendekatan pendidikan dan dakwah, ia berhasil mengubah pola pikir masyarakat yang kala itu masih terpengaruh oleh paham animisme, dinamisme, dan ajaran Islam Waktu Telu. Dakwahnya menekankan keseimbangan antara ilmu agama, moralitas, dan cinta tanah air.


Tidak hanya di bidang pendidikan, TGH. Mutawalli juga aktif dalam kegiatan sosial dan pembangunan masyarakat. Bersama warga, ia berinisiatif membangun jalan, jembatan, panti sosial, serta menggerakkan ekonomi rakyat dengan membuka lahan pertanian dan pasar desa.


Dalam bidang politik, beliau sempat bergabung dengan Partai Masyumi dan kemudian Golkar, dengan tujuan memperjuangkan kepentingan umat dan pembangunan daerah melalui jalur kebijakan.


Pada masa kolonial dan awal kemerdekaan, perjuangan TGH. Mutawalli bersifat non-fisik. Ia menentang ketidakadilan dan penindasan melalui pendidikan dan pencerahan umat. Dengan pendekatan dakwah dan pembinaan masyarakat, beliau menanamkan kesadaran sosial, ekonomi, dan spiritual yang memperkuat semangat kebangsaan masyarakat Lombok.


TGH. Muhammad Mutawalli wafat pada 4 Rajab 1403 H atau 4 April 1984 M di Jerowaru, Lombok Timur. Ribuan masyarakat, tokoh agama, dan pejabat pemerintahan hadir mengiringi kepergiannya. Hingga kini, ajaran dan petuah beliau masih menjadi rujukan dalam pendidikan pesantren di NTB.


Salah satu pepatah beliau yang masih diingat masyarakat berbunyi: “Undur-undur sabuk belo tetep betegel elek tuntun guri” — pesan tentang pentingnya kesabaran, konsistensi, dan tanggung jawab dalam perjuangan hidup.


Bagi masyarakat Lombok, TGH. Mutawalli bukan hanya ulama, tetapi juga pejuang perubahan yang berperan membangun fondasi pendidikan dan spiritualitas di daerah selatan Pulau Lombok.


Pendiri DPN Sasak Integrity Watch, Syamsuddin alias Bung Syam, menyebut TGH. Mutawalli sebagai sosok yang “tidak gentar diterjang ombak” demi membawa ilmu dan pencerahan, bahkan rela menyeberang laut dengan perahu sederhana demi menuntut ilmu ke Makkah.


Dengan jasa dan pengabdiannya dalam bidang pendidikan, sosial, dan kebangsaan, masyarakat Lombok sepakat bahwa TGH. Muhammad Mutawalli Yahya Al Kalimi layak dianugerahi gelar Pahlawan Nasional  sebagai penghormatan atas perjuangannya yang abadi bagi agama, bangsa, dan tanah kelahirannya. (Red). 

TerPopuler