RadarBumigora.Com.Mataram — Senat Universitas Mataram (UNRAM) menggelar Rapat Senat Khusus untuk penetapan Calon Rektor. Rapat khusus berlangsung di Ruang Sidang Senat Lantai III Rektorat UNRAM, Senin (29/12/2025).
Agenda rapat tersebut pengundian nomor urut bagi tiga calon Rektor Universitas Mataram periode 2026–2030.
Berdasarkan hasil pengundian, Prof. Dr. Kurniawan, S.H., M.Hum. resmi memperoleh Nomor Urut 2.
Penetapan nomor urut ini menandai dimulainya tahapan konsolidasi gagasan serta adu program antar calon menjelang putaran akhir pemilihan rektor.
Prof. Kurniawan menyampaikan bahwa tahapan ini harus dijalani secara elegan, akademik, dan berorientasi pada program yang terukur.
Menurutnya, Universitas Mataram perlu diposisikan tidak hanya sebagai institusi unggul dalam indikator akademik, tetapi juga relevan sebagai pusat solusi atas tantangan pembangunan daerah dan nasional.
“UNRAM harus bergerak dalam satu garis besar pembangunan. Kita tidak boleh menyusun agenda kampus yang terpisah dari kebutuhan bangsa dan daerah. Visi saya sederhana: unggul yang berkelanjutan, berdampak yang terasa, dan mendunia, yang dibangun melalui tata kelola sehat serta kolaborasi produktif,” ujar Prof. Kurniawan.
Ia menjelaskan, rancangan transformasi UNRAM 2026–2030 yang ditawarkannya disusun selaras dengan agenda pembangunan nasional pemerintahan Prabowo–Gibran melalui Asta Cita.
Selain itu, konsep tersebut sejalan dengan orientasi “Diktisaintek Berdampak” Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, serta linear dengan prioritas pembangunan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat 2025–2029.
Keselarasan itu diterjemahkan ke dalam agenda kerja yang menempatkan pembelajaran sebagai pabrik kompetensi yang adaptif dan relevan, riset sebagai pengungkit hilirisasi dan daya saing daerah, pengabdian kepada masyarakat sebagai program berbasis dampak yang terukur di desa dan komunitas, serta tata kelola modern dan akuntabel sebagai fondasi menuju kampus yang lebih mandiri.
Prof. Kurniawan juga menekankan penguatan tema-tema strategis berbasis keunggulan daerah NTB, seperti ekonomi biru dan pesisir, ketahanan pangan dan agro-maritim, pariwisata dan ekonomi kreatif, ekonomi hijau dan energi terbarukan, serta penguatan kesehatan kepulauan. Menurutnya, pendekatan tersebut menjadi cara paling efektif agar UNRAM hadir menjawab persoalan riil masyarakat.
Sementara itu, Senator Perwakilan Guru Besar Fakultas Hukum UNRAM, Prof. Djumardin, menegaskan bahwa putaran akhir pemilihan rektor yakni pemungutan suara bersama unsur kementerian tidak ditentukan secara otomatis oleh hasil penjaringan sebelumnya.
Ia menjelaskan, putaran akhir merupakan arena pengambilan keputusan yang dimulai dari nol, karena konfigurasi dukungan dapat berubah seiring anggota senat menimbang kematangan program, kesiapan eksekusi, serta kemampuan calon dalam membangun kolaborasi strategis.
“Calon dengan suara terbanyak pada penjaringan memang memiliki modal awal yang kuat, namun bukan berarti kandidat lain tertutup peluangnya. Dinamika pemilih masih bergerak dan kejutan tetap mungkin terjadi,” ujarnya.
Djumardin menambahkan bahwa pendekatan Prof. Kurniawan menempatkan UNRAM sebagai mitra strategis pemerintah, industri, komunitas, dan media.
Menurutnya, yang didorong bukan sekadar kemenangan elektoral, melainkan kepemimpinan universitas yang mampu menyambungkan UNRAM dengan agenda pembangunan.
“Kami siap membuka ruang dialog programatik dengan para senator dan seluruh pemangku kepentingan. Keputusan akhir akan ditentukan oleh kualitas gagasan serta kemampuan merajut dukungan,” katanya.
Ia mengajak seluruh pihak menjaga iklim demokrasi kampus yang bermartabat, memastikan proses pemilihan berjalan sesuai tata tertib, serta menjadikan Pilrek sebagai momentum memperkuat persatuan sivitas akademika, meningkatkan kinerja institusi, dan mempertegas kontribusi UNRAM bagi NTB dan Indonesia. (Red).
